Penerapan Model 4 SATAP untuk Meningkatkan Kualitas Pendidikan di SMP Negeri 4 Satu Atap Karangjambu


SMP Negeri 4 Satu Atap Karangjambu, terletak di daerah terpencil di Purbalingga, menghadapi tantangan besar dalam meningkatkan mutu pendidikan. Dengan keterbatasan fasilitas dan jumlah guru yang terbatas, sekolah ini perlu berinovasi untuk memberikan layanan pendidikan berkualitas. Kepala sekolah menyadari pentingnya pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa dan pemantauan prestasi melalui asesmen akurat agar dapat mengidentifikasi intervensi yang diperlukan.


Model 4 SATAP dipilih sebagai pendekatan strategis yang memungkinkan sekolah untuk menganalisis situasi, merencanakan program, dan melaksanakan inovasi secara berkelanjutan. Kepemimpinan yang efektif tidak hanya berfokus pada pengelolaan administrasi, tetapi juga pada kualitas pembelajaran dan hasil belajar siswa, termasuk literasi dan numerasi. Sekolah ini bertujuan untuk membagikan praktik terbaiknya ke komunitas pendidikan yang lebih luas agar terus berinovasi meski sumber daya terbatas.


Model 4 SATAP bertujuan memperkuat peran kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas pendidikan, terutama dalam kondisi terbatas. Dengan fokus utama pada peningkatan literasi dan numerasi, sekolah diharapkan mampu menghadirkan pembelajaran berdiferensiasi yang sesuai dengan kebutuhan tiap siswa. Selain itu, asesmen terstruktur akan membantu dalam mengidentifikasi kelemahan siswa dan memandu strategi intervensi yang tepat.


Melalui penerapan kepemimpinan transformasional, kepala sekolah tidak hanya sebagai manajer tetapi juga sebagai pemimpin pembelajaran. Dengan demikian, sekolah dapat terus berbenah, melakukan inovasi, dan menciptakan lingkungan belajar yang kondusif untuk semua siswa.


SMP Negeri 4 Satu Atap Karangjambu berada sekitar 30 km dari pusat kota Purbalingga. Letaknya yang terpencil membuat sekolah ini menghadapi keterbatasan dalam hal fasilitas dan jumlah tenaga pengajar—hanya tujuh guru tersedia. Data Rapor Pendidikan 2023 mengungkap bahwa kemampuan literasi siswa berada di kategori sedang (40,74), sedangkan numerasi masih rendah (33,33). Meski kualitas pembelajaran dan kepemimpinan sudah berada di tingkat “baik” (60,09 dan 62,34), masih ada ruang untuk perbaikan.


Tantangan utama yang dihadapi adalah rendahnya kemampuan literasi dan numerasi siswa. Beberapa siswa masih kesulitan memahami apa yang mereka baca, dan kegiatan literasi belum berjalan optimal. Selain itu, pembelajaran belum sepenuhnya terdiferensiasi, sehingga beragam kebutuhan siswa belum terpenuhi. Keterbatasan dalam metode penilaian juga menghambat pemantauan progres siswa secara akurat.

 

Aksi Melalui Model 4 SATAP

Model 4 SATAP diterapkan untuk mengatasi tantangan ini melalui tiga pendekatan utama

Kepemimpinan Pembelajaran dengan Model SATAP

  • Strategize School Goals and Vision: Kepala sekolah menetapkan tujuan jangka pendek dan panjang dengan perencanaan berbasis data.
  • Align School Resources and Stakeholders: Sumber daya dan seluruh stakeholder diselaraskan untuk mendukung visi sekolah.
  • Take Action on Strategic Plans: Rencana strategis diterapkan secara aktif dengan peran yang jelas bagi setiap guru dan staf.
  • Assess Progress and Performance: Penilaian berkelanjutan memastikan langkah-langkah yang diambil efektif dan sesuai target.
  • Promote Continuous Growth and Innovation: Sekolah mendorong inovasi melalui pengembangan profesional dan teknologi baru.


Model SATAP dalam Pembelajaran diferensiasi memastikan setiap siswa memperoleh pengalaman belajar sesuai kebutuhannya:

  • Screening (S): Mengidentifikasi kebutuhan belajar siswa melalui asesmen dan observasi.
  • Aligning (A): Menyediakan workshop dan IHT agar guru mampu merancang pembelajaran responsive.
  • Transforming (T): Pembelajaran diubah menjadi lebih fleksibel dan interaktif untuk meningkatkan partisipasi siswa.
  • Assessing (A): Penilaian formatif membantu memantau perkembangan siswa dan menyesuaikan strategi pembelajaran.
  • Progressing (P): Evaluasi dan refleksi rutin dilakukan untuk menilai efektivitas program.

 

Model SATAP dalam Penguatan Literasi dan Numerasi

Berbagai langkah diambil untuk meningkatkan literasi dan numerasi di sekolah:

  • Saring Permasalahan: Mengidentifikasi masalah seperti kurangnya minat baca dan keterbatasan fasilitas.
  • Analisis SWOT: Evaluasi dilakukan untuk merumuskan strategi yang tepat.
  • Targetkan Perubahan: Sekolah menargetkan peningkatan keterampilan dasar seperti membaca huruf hijaiyah hingga literasi digital.
  • Aktualisasi Program: Program seperti Gelas Suci dan Gelas Batik diterapkan untuk memperkuat literasi dan numerasi.
  • Publikasi program yang telah terlaksana

 

SATAP Keempat yaitu Model SATAP dalam pengembangan asesmen adalah dengan membangun aplikasi SATAP (Sistem Asesmen Terpadu tanpA Pulsa). Sistem Asesmen Terpadu Tanpa Pulsa (SATAP) yang dilaksanakan di SMP Negeri 4 Satu Atap Karangjambu merupakan inovasi dalam pelaksanaan evaluasi pembelajaran berbasis teknologi yang dapat diakses tanpa memerlukan biaya tambahan untuk pulsa atau data internet. Dengan memanfaatkan perangkat lunak offline dan infrastruktur sederhana, SATAP memungkinkan siswa untuk mengikuti asesmen secara digital di dalam kelas tanpa hambatan teknis yang biasanya dihadapi di daerah terpencil.


Penerapan Model 4 SATAP di SMP Negeri 4 Satu Atap Karangjambu menjadi solusi efektif dalam menghadapi keterbatasan sumber daya. Dengan kepemimpinan yang strategis, pembelajaran diferensiasi, dan penguatan literasi serta numerasi, sekolah ini berhasil menciptakan inovasi meskipun berada di daerah terpencil.


Hasil dari penerapan model ini terlihat dari peningkatan partisipasi siswa dan pemantauan prestasi yang lebih akurat. Selain itu, sekolah mampu mengembangkan program-program berbasis literasi dan numerasi yang relevan dengan kebutuhan siswa dan masyarakat.


Keberhasilan ini menunjukkan bahwa keterbatasan bukanlah halangan untuk menciptakan pendidikan berkualitas. Dengan kepemimpinan yang berorientasi pada pertumbuhan dan inovasi, sekolah dapat terus berkembang dan berkontribusi dalam memajukan mutu pendidikan di daerah terpencil.

  

Lebih baru Lebih lama