Program Organisasi Penggerak (POP) yang digagas oleh
Kemendikbudristek untuk melibatkan masyarakat dalam meningkatkan kualitas
pendidikan telah memasuki tahun ketiga. Sejumlah organisasi masyarakat (ormas)
yang terlibat telah aktif meningkatkan mutu pendidikan dengan menjalankan
program-program di bidang literasi, numerasi, dan penguatan karakter. Kerjasama
revolusioner antara Kemdikbudristek dan ormas-ormas pendidikan terkemuka telah
mengubah paradigma pendidikan di Indonesia.
Prestasi ormas pelaksana POP diumumkan dalam Simposium POP
2023 yang diselenggarakan oleh Kemdikbudristek pada 23-26 November 2023 di
Novotel Mangga Dua Square Jakarta. Simposium ini mengangkat tema
"Perluasan Praktik Baik dan Kolaborasi Organisasi Penggerak dalam
Menyukseskan Merdeka Belajar" dan dihadiri oleh pimpinan ormas pelaksana
POP, Kepala Dinas Pendidikan mitra pelaksana POP, serta guru sasaran POP di
wilayah Jabodetabek. Dari 133 ormas yang berpartisipasi, 51 diantaranya
berkesempatan untuk mempresentasikan praktik baiknya di jenjang PAUD, SD, dan
SMP.
Nunuk Suryani, Direktur Jenderal dan Tenaga Kependidikan
Kemdikbudristek, memberikan apresiasi terhadap kesuksesan program dari 133
ormas tersebut. Kunci keberhasilan terletak pada kebijakan Merdeka Belajar 4
yang membuka peluang bagi ormas yang berkomitmen tinggi untuk turut serta dalam
pelatihan pendidik dan tenaga kependidikan.
"POP adalah inisiatif kolaboratif yang mencapai
pencapaian luar biasa. Ormas telah melaksanakan program-programnya dengan baik.
Kami berharap dapat memperluas praktik baik ini. Peran ormas memiliki makna
yang unik, berbeda dengan program-program lain yang selalu mendapatkan
pendampingan," ungkap Nunuk Suryani pada Pembukaan Simposium POP (23/11).
Rahmadi Widdiharto, Direktur Guru Pendidikan Dasar,
mengungkapkan progres hasil dari Program Organisasi Penggerak. Rahmadi
menekankan bahwa dampak POP telah dirasakan dan menunjukkan hasil yang sangat
positif sesuai dengan riset para peneliti yang difasilitasi oleh
Kemdikbudristek. POP tidak hanya memberikan pelatihan dan praktik baik, tetapi
juga menghadirkan perubahan nyata dalam kompetensi fundamental peserta didik.
"POP adalah kolaborasi gotong royong yang fokus pada
peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia. Kemendikbudristek tidak dapat
mencapainya sendiri. Kolaborasi dengan ormas menjadi sumber energi positif dan
terbukti bahwa literasi dan numerasi di sekolah-s asaran intervensi ormas telah
meningkat. Ada banyak dampak positif pada hasil belajar peserta didik,"
jelas Rahmadi.
Studi kuantitatif dan kualitatif menunjukkan peningkatan
yang signifikan dalam skor Asesmen Kompetensi Minimum (AKM), terutama dalam
literasi dan numerasi. Survei karakter dan lingkungan belajar di sekolah
sasaran POP juga mencerminkan perubahan positif yang mencolok.
Hibatun Wafiroh, Sekjen Ikatan Guru Indonesia (IGI), yang
turut serta dalam simposium menyatakan bahwa POP telah memberikan dampak
positif pada kemajuan literasi dan numerasi peserta didik di sekolah sasaran.
"Salah satu sekolah sasaran intervensi IGI mengalami pencapaian yang luar biasa yaitu peningkatan 537% dalam skor numerasi dari tahun sebelumnya. Ini menunjukkan
dampak positif yang layak dilanjutkan," ungkap Wafiroh.
Iswahyudi, dari Yayasan Tunas Cahaya Bangsa, menyoroti
bahwa POP memberikan kesempatan berbagi yang lebih luas untuk program guru
sekolah karya.
"Praktik baik kami, yang terfokus pada penguatan
karakter guru dan redefinisi pengajaran, menjadi lebih fleksibel dan kreatif
melalui POP. Semoga ini dapat berlanjut," harap Iswahyudi.
Ninik Dwi Setiawati, guru sasaran POP dari Bangkalan,
menyatakan rasa syukur karena mendapatkan intervensi. Ia juga menyatakan
kebanggaannya karena dengan adanya POP, sekolahnya dapat melayani anak
berkebutuhan khusus dengan lebih baik.
Iriyanti, seorang guru SD dari Biak Numfor yang juga
menjadi sasaran POP, merasa bersyukur karena program ini dapat meningkatkan
keterampilan dasar membaca di tingkat SD. Selain pelatihan strategi
pembelajaran, juga diajarkan cara optimal menggunakan media yang menarik.
Churotul Magfiroh, guru SMP dari Malang, menyampaikan rasa
syukur sebagai guru sasaran POP karena mendapatkan intervensi yang membantu
meningkatkan program numerasi bagi peserta didik. Pendampingan dalam
pengembangan model, media, dan asesmen dalam pembelajaran matematika melalui
POP tidak hanya sebagai program pendidikan biasa, melainkan sebagai bentuk
kolaborasi masif dan inovatif yang menghasilkan perubahan konkret. Dalam tiga
tahun perjalanannya, POP telah membuktikan bahwa pendidikan berkualitas dapat
terwujud melalui semangat merdeka belajar.